Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca
Ad

Pusat Data Kalahkan Investasi Minyak Baru, Dunia Habiskan Rp9.400 Triliun di 2025

Gambar (Istimewa) 

PIKIRAN JAKARTA -
Dunia kini lebih banyak menanamkan uangnya ke pusat data dibandingkan mengejar sumber minyak baru. Laporan terbaru Badan Energi Internasional (IEA) mencatat, investasi global untuk pusat data tahun ini mencapai USD 580 miliar (sekitar Rp 9.400 triliun), atau USD 40 miliar lebih tinggi dari belanja untuk eksplorasi minyak baru.

IEA menyebut pergeseran ini sebagai tanda perubahan besar arah ekonomi global menuju era digital.

“Perbandingan ini jadi penanda jelas betapa ekonomi modern semakin bergantung pada infrastruktur digital,” tulis IEA dalam laporannya

Permintaan energi untuk pusat data berbasis kecerdasan buatan (AI) bakal melonjak tajam. IEA memperkirakan konsumsi listriknya akan naik lima kali lipat hingga akhir dekade ini, dua kali lebih besar dari total listrik yang dipakai semua pusat data saat ini.

Sementara itu, pusat data konvensional juga akan tetap menyedot lebih banyak energi, meski peningkatannya tidak sedrastis AI.

Sebagian besar lonjakan permintaan listrik akan datang dari Amerika Serikat, disusul Eropa dan China. Kota-kota besar berpenduduk di atas satu juta jiwa menjadi lokasi favorit pengembangan pusat data baru.

Sekitar setengah proyek baru bahkan memiliki kapasitas di atas 200 megawatt, dan sebagian besar dibangun berdekatan dengan fasilitas sejenis.

Pertumbuhan pesat ini juga membawa tantangan baru. IEA mencatat munculnya kemacetan jaringan dan antrian panjang untuk sambungan listrik di banyak wilayah.

Contohnya, di Virginia Utara (AS), waktu tunggu koneksi jaringan bisa mencapai 10 tahun. Di Eropa, Dublin bahkan menghentikan sementara permintaan koneksi baru hingga 2028.

Masalah lain muncul dari rantai pasok energi. Keterlambatan pengadaan kabel, turbin gas, transformator, hingga mineral penting membuat peningkatan kapasitas jaringan berjalan lambat

Beberapa perusahaan energi seperti Amperesand dan Heron Power kini mengembangkan transformator solid-state, teknologi baru yang dinilai bisa mengintegrasikan energi terbarukan dengan lebih efisien.

Perangkat ini mampu merespons perubahan jaringan secara cepat dan mengatur berbagai jenis konversi listrik. Namun, IEA memperkirakan butuh 1–2 tahun lagi sebelum teknologi ini siap digunakan secara massal

Ke depan, energi terbarukan akan menjadi sumber daya utama bagi pusat data global. IEA memperkirakan pada 2035, sebagian besar daya pusat data akan berasal dari tenaga surya, yang kini biayanya kian terjangkau.

Dalam proyeksinya, sekitar 400 terawatt-jam (TWh) energi untuk pusat data akan bersumber dari energi terbarukan, 220 TWh dari gas alam, dan 190 TWh dari pembangkit nuklir modular kecil (SMR) jika teknologi ini berhasil dikomersialkan.

Tren ini menandakan perubahan besar dalam lanskap energi global — dari ketergantungan pada bahan bakar fosil, menuju masa depan yang digerakkan oleh data dan energi bersih.



Baca Juga
Berita Terbaru
  • Pusat Data Kalahkan Investasi Minyak Baru, Dunia Habiskan Rp9.400 Triliun di 2025
  • Pusat Data Kalahkan Investasi Minyak Baru, Dunia Habiskan Rp9.400 Triliun di 2025
  • Pusat Data Kalahkan Investasi Minyak Baru, Dunia Habiskan Rp9.400 Triliun di 2025
  • Pusat Data Kalahkan Investasi Minyak Baru, Dunia Habiskan Rp9.400 Triliun di 2025
  • Pusat Data Kalahkan Investasi Minyak Baru, Dunia Habiskan Rp9.400 Triliun di 2025
  • Pusat Data Kalahkan Investasi Minyak Baru, Dunia Habiskan Rp9.400 Triliun di 2025
Posting Komentar