Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Budi Prasetyo, ( (Beritasatu.com/Yustinus Patris Paat)
PIKIRAN JAKARTA– Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus memperdalam penyelidikan dugaan korupsi dalam proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh. Salah satu fokus utama adalah dugaan praktik penjualan tanah negara yang dijual kembali kepada negara melalui skema pengadaan lahan.
Juru Bicara KPK, Budi Prasetyo, mengatakan tim penyelidik masih mengumpulkan keterangan dari sejumlah pihak, termasuk hasil penelusuran di lapangan.
“Kami masih mendalami informasi yang masuk, baik dari hasil pemeriksaan maupun temuan di lapangan,” ujar Budi, Selasa (18/11/2025).
Selain menelusuri dugaan penjualan tanah negara, KPK juga mendalami indikasi penggelembungan anggaran pada proses pembebasan lahan proyek strategis tersebut. Menurut Budi, potensi penyimpangan paling besar berada pada tahap pengadaan lahan.
Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, sebelumnya mengungkap adanya sejumlah modus korupsi, termasuk mark up nilai tanah yang menyebabkan kerugian negara.
“Tanah yang nilai wajarnya Rp 10 bisa dinaikkan menjadi Rp 100. Negara yang harusnya membeli dengan harga 10 dipaksa membeli dengan harga 100,” kata Asep.
KPK juga menyoroti modus lain, yaitu klaim kepemilikan tanah negara oleh oknum tertentu yang kemudian menjual kembali lahan tersebut ke pihak proyek dengan harga tinggi.
“Ada pihak yang menjual tanah milik negara kembali kepada negara. Ini yang sedang kami dalami,” tegas Asep.
Ia memastikan proses penyelidikan tidak akan mengganggu operasional Kereta Cepat Whoosh. Fokus KPK hanya pada dugaan praktik korupsi yang berkaitan dengan pembebasan lahan dan potensi kerugian negara.
“Kalau terbukti ada kerugian negara, tentu harus dikembalikan,” ucapnya.
